Makna motif Seni Lukis Suku Dayak
Motif seni lukis suku Dayak pada dasarnya merupakan perpaduan antara suatu pola dasar yang memiliki artinya masing-masing, kemudian dikreasikan dalam berbagai perpaduan beberapa motif dasar sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian makna yang berarti. Dalam artikel ini saya tidak menyampaikan arti makna motif secara keseluruhan, tetapi hanya pola dasar yang seringkali digunakan dalam perpaduan baik itu seni lukis tubuh / tato ataupun berbagai lukisan serta ukiran pada rumah adat, properti kesenian daerah, busana adat dll. Berikut ini beberapa contoh motif seni lukis suku Dayak:
Salah satu motif ukiran suku Dayak Lundayeh disebut juga dengan masyarakat Lun Bawang Kalimantan Timur. Motif ukiran pada gambar 1 diatas adalah motif Arit Linawa. Untuk motif ukiran gambar 2 adalah motif Arit Pawad. Sedangangkan motif ukiran gambar 3 adalah motif bebas yang digunakan sebagai ukiran pada Buluh atau Sarung Parang.
Sumber gambar: Humabetang
Motif ukiran diatas merupakan gambaran motif ukiran dasar yang biasa digunakan untuk seni lukis tubuh / tato bagi suku dayak. Pola dasarnya yaitu: ukir rekong, bunga terung / terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga tengkawang, bunga terung keling pinggang, song irang, ikor, dll. Untuk selenkapnya tentang makna artI tato dapat saudara baca pada sumber gambar yang saya ambil.
Sumber Gambar: Dayak Online
Berbagai motif ukiran bunga, yang pada mulanya dugunakan sebagai pola dasar tato / seni lukis tubuh. Pada zaman sekarang selain sebagi pola dasar tato, pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta lukisan properti kesenian, interior funitur, dll.
Sumber gambar: Kaskus
Pola dasar lainnya yaitu perisai. motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.
Sumber: Motif Dayak
Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau Pohotara merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading. Menurut kepercayaan budaya suku Dayak, Mahatala atau Pohotara ini merupakan jelmaan dari Panglima Burung yang datang hanya dalam keadaan penting (Perang). Oleh sebab itu simbol ini merupakan simbol yang paling dominan dalam ukiran motif dayak.
Sumber Gambar: Budaya Indonesia
Kompilasi motif naga dari berbagai suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air). Sehingga Jata atau Juata ini dianggap sebagai simbol yang suci.
Sumber: Budaya Indonesia
Kompilasi motif anjing. Motif anjing ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Cerita ini tersirat dalam kisah "Dayang Sumbi dan Si Kumang". Akan tetapi itu hanya merupakan cerita rakyat semata. Pada dasarnya suku dayak membuat motif anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka berburu serta selalu setia kepada tuannya.
Motif seni lukis suku Dayak pada dasarnya merupakan perpaduan antara suatu pola dasar yang memiliki artinya masing-masing, kemudian dikreasikan dalam berbagai perpaduan beberapa motif dasar sehingga menjadi satu kesatuan rangkaian makna yang berarti. Dalam artikel ini saya tidak menyampaikan arti makna motif secara keseluruhan, tetapi hanya pola dasar yang seringkali digunakan dalam perpaduan baik itu seni lukis tubuh / tato ataupun berbagai lukisan serta ukiran pada rumah adat, properti kesenian daerah, busana adat dll. Berikut ini beberapa contoh motif seni lukis suku Dayak:
Salah satu motif ukiran suku Dayak Lundayeh disebut juga dengan masyarakat Lun Bawang Kalimantan Timur. Motif ukiran pada gambar 1 diatas adalah motif Arit Linawa. Untuk motif ukiran gambar 2 adalah motif Arit Pawad. Sedangangkan motif ukiran gambar 3 adalah motif bebas yang digunakan sebagai ukiran pada Buluh atau Sarung Parang.
Sumber gambar: Humabetang
Motif ukiran diatas merupakan gambaran motif ukiran dasar yang biasa digunakan untuk seni lukis tubuh / tato bagi suku dayak. Pola dasarnya yaitu: ukir rekong, bunga terung / terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga tengkawang, bunga terung keling pinggang, song irang, ikor, dll. Untuk selenkapnya tentang makna artI tato dapat saudara baca pada sumber gambar yang saya ambil.
Sumber Gambar: Dayak Online
Berbagai motif ukiran bunga, yang pada mulanya dugunakan sebagai pola dasar tato / seni lukis tubuh. Pada zaman sekarang selain sebagi pola dasar tato, pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta lukisan properti kesenian, interior funitur, dll.
Sumber gambar: Kaskus
Pola dasar lainnya yaitu perisai. motif perisai ini merupakan sebuah bingkai yang didalamnya terukir perpaduan motif kreasi dari berbagai pola motif dasar. Makna motif perisai ini adalah pertahanan yang kuat / kokoh suku dayak, karena pada dasarnya perisai ini digunakan sebagai alat pertahanan oleh masyarakat dayak saat berperang.
Sumber: Motif Dayak
Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau Pohotara merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading. Menurut kepercayaan budaya suku Dayak, Mahatala atau Pohotara ini merupakan jelmaan dari Panglima Burung yang datang hanya dalam keadaan penting (Perang). Oleh sebab itu simbol ini merupakan simbol yang paling dominan dalam ukiran motif dayak.
Sumber Gambar: Budaya Indonesia
Kompilasi motif naga dari berbagai suku dayak. Pola dasar dari naga ini banyak digunakan dalam gambaran lukisan suku dayak. Menurut masyarakat suku dayak naga yang dikenal dengan sebutan Jata atau Juata dianggap sebagai simbol penguasa alam bawah (tanah/air). Sehingga Jata atau Juata ini dianggap sebagai simbol yang suci.
Sumber: Budaya Indonesia
Kompilasi motif anjing. Motif anjing ini biasa diukirkan pada lukisan tentang pengenalan kehidupan masyarakat suku dayak. Dalam cerita rakyat suku Dayak, anjing merupakan binatang jelmaan dewa yang diusir dari kayangan dan diturunkan ke bumi untuk menjaga manusia. Cerita ini tersirat dalam kisah "Dayang Sumbi dan Si Kumang". Akan tetapi itu hanya merupakan cerita rakyat semata. Pada dasarnya suku dayak membuat motif anjing menjadi bagian dalam berbagai kompilasi karena rasa terimakasih kepada hewan peliharaan mereka yang selalu menjaga dan menemani pada saat mereka berburu serta selalu setia kepada tuannya.
0 comments:
Post a Comment
INDONESIA - Jamrud khatulistiwa, dengan kekayaan seni, budaya dan bahasa