Era 80-an hingga 90-an, musik dangdut dan tarian kolosal “Rokatenda” mendominasi di masyarakat Sikka. Di panggung-panggung pesta, Rokatenda dan dangdut adalah tarian wajib dan menjadi pemicu kegembiraan pesta. Diselingi “dance” produk barat yang diminati oleh orang-orang tertentu. Karena tarian jenis ini butuh ketrampilan dan latihan khusus.Lain halnya dengan dangdut dan rokatenda. Orang Kupang bilang “abu nae” (debu beterbangan).
Seiringnya dengan kemajuan di dunia musik dan tumbuh suburnya pencipta lagu, melahirkan banyak karya yang bervariasi. Kemudian berkembang musik reggae, remix, dan lain-lain dengan syair daerah.
Satu di antara anak muda berbakat, ada satu sosok yang mampu menggali potensi musikal lokal menjadi karya yang digandrungi di seluruh dunia. Dia adalah Frans Cornelis Dian Bunda.
Pengakuan sang pencipta, Nyong Franco – demikian sapaanya, tujuan penciptaan lagu ini sebagai ‘oleh-oleh’ bagi tamu dari luar yang datang ke Maumere.
Gemu fa mi re sendiri merupakan ungkapan jenaka nenek moyang. Secara harafiah artinya “makan not fa mi re”.
Siapa sangka karya Nyong Franco ini menembus benua. Kita mudah mendengar lagu fenomenal ini di angkutan kota, panggung pesta, televisi, dan sebagainya. Serta bertebaran di berbagai akun youtube.
Gemu Fa Mire
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
La le le luk sila sol
Mi fa mi fa sol
Le’le tiding fa fa
Rebing mude mi
Do do do do mi do mi do gemu fa mi re
ele le… ele le…
la le le luk sila sol
mi fa mi fa sol
le’le tiding fa fa
Rebing mude mi
Do do do do mi do mi do gemu fa mi re (Mmm… Manis)
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Putar ke kiri e…
Nona manis putarlah ke kiri
ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e..
Sekarang kanan e..
Nona manis putarlah ke kanan
ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manis e…
hak cipta Gemu Fa Mire
Seiringnya dengan kemajuan di dunia musik dan tumbuh suburnya pencipta lagu, melahirkan banyak karya yang bervariasi. Kemudian berkembang musik reggae, remix, dan lain-lain dengan syair daerah.
Satu di antara anak muda berbakat, ada satu sosok yang mampu menggali potensi musikal lokal menjadi karya yang digandrungi di seluruh dunia. Dia adalah Frans Cornelis Dian Bunda.
Pengakuan sang pencipta, Nyong Franco – demikian sapaanya, tujuan penciptaan lagu ini sebagai ‘oleh-oleh’ bagi tamu dari luar yang datang ke Maumere.
Gemu fa mi re sendiri merupakan ungkapan jenaka nenek moyang. Secara harafiah artinya “makan not fa mi re”.
Siapa sangka karya Nyong Franco ini menembus benua. Kita mudah mendengar lagu fenomenal ini di angkutan kota, panggung pesta, televisi, dan sebagainya. Serta bertebaran di berbagai akun youtube.
Gemu Fa Mire
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
La le le luk sila sol
Mi fa mi fa sol
Le’le tiding fa fa
Rebing mude mi
Do do do do mi do mi do gemu fa mi re
ele le… ele le…
la le le luk sila sol
mi fa mi fa sol
le’le tiding fa fa
Rebing mude mi
Do do do do mi do mi do gemu fa mi re (Mmm… Manis)
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Maumere da gale kota Ende
Pepin gisong gasong
Le’le luk ele rebin ha
Putar ke kiri e…
Nona manis putarlah ke kiri
ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e..
Sekarang kanan e..
Nona manis putarlah ke kanan
ke kanan ke kanan ke kanan dan ke kanan ke kanan ke kanan ke kanan manis e…
hak cipta Gemu Fa Mire